SOKOGURU, JAKARTA – Sebanyak 300.000 ton beras milik negara dilaporkan rusak di gudang Bulog.
Jumlah ini bukan hanya mengejutkan, tapi juga menyakitkan, kerugian ditaksir mencapai Rp3,6 triliun. Uang negara seolah terbuang percuma hanya karena sistem penyimpanan yang tidak efisien.
Fakta ini terungkap dalam rapat DPR bersama jajaran Direksi Bulog yang disiarkan di kanal YouTube DPR RI.
Anggota dewan menyatakan kekesalannya atas kelalaian yang menyebabkan kerugian fantastis tersebut.
"Kalau dihitung, jumlah itu setara dengan ribuan ton beras, dan triliunan rupiah duit rakyat. Ini bukan kejadian yang bisa dianggap biasa," ujar anggota DPR dalam forum tersebut.
Evaluasi Total: Bukan Soal Siapa, Tapi Sistem
DPR mendorong Bulog melakukan audit menyeluruh serta mengevaluasi standar gudang yang digunakan.
Mereka menegaskan bahwa masalah ini tidak semata-mata soal kepemimpinan saat ini, melainkan sistem yang selama ini dibiarkan tanpa perbaikan.
Sebagai solusi jangka pendek, DPR menyarankan kerja sama dengan gudang-gudang milik masyarakat yang memenuhi standar kelayakan penyimpanan pangan.
"Kalau gudang Bulog terbatas, sewa gudang masyarakat yang sesuai standar. Jangan sampai stok rusak hanya karena tempat tak layak," ujarnya.
Gunakan Teknologi: Bukan Hanya CCTV, Tapi Sensor Canggih
Tak hanya menyoal fisik gudang, DPR juga menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi.
Mereka menuntut Bulog segera membangun war room atau pusat kendali nasional yang terintegrasi dengan sistem pemantauan real-time.
Pengawasan manual dianggap tak lagi relevan. Kini, dengan teknologi seperti sensor kelembaban dan kecerdasan buatan (AI), kualitas beras bisa diawasi tanpa menunggu rusak terlebih dahulu.
Baca Juga:
"Jangan sampai karena satu dua oknum, beras dicuri atau rusak, lalu kita cuma terima laporan di atas kertas," tegas anggota DPR lainnya.
Patok Standar Internasional: FAO Jadi Acuan
Dalam rapat tersebut, DPR juga meminta Bulog menerapkan acuan internasional, seperti standar FAO, dalam penyimpanan beras.
Pertanyaannya sederhana: berapa sebenarnya batas kehilangan (losses) yang masih bisa ditoleransi secara global?
Dengan menerapkan standar objektif, Bulog dapat menilai apakah sistemnya selama ini sudah efektif atau masih tertinggal jauh dibandingkan negara lain.
Baca Juga:
Audit internal yang transparan sangat dibutuhkan untuk memastikan hal serupa tidak terulang.
Sorotan tajam ini bukan tanpa alasan. Di tengah ancaman krisis pangan global dan kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat, setiap butir beras bernilai penting.
DPR memperingatkan, jika Bulog tak segera berbenah, bukan hanya kerugian uang negara yang bertambah, tapi juga krisis kepercayaan publik.(*)